“Menemukan Keseimbangan: Tegas dalam Prinsip, Empatik dalam Praktik”
Dalam dunia kerja modern, HR kerap ditarik ke dua sisi ekstrem: menjadi penjaga aturan yang tegas atau menjadi wajah empatik yang memahami sisi manusiawi. Insight Sekjend NHRI kali ini mengupas tajam bagaimana HR harus menyeimbangkan keduanya — tegas di prinsip, lentur di praktik. Dengan gaya lugas nan elegan, tulisan ini menyoroti pentingnya struktur sebagai fondasi dan fleksibilitas sebagai seni, menjadikan HR bukan sekadar “polisi aturan” atau “ibu panti asuhan”, melainkan arsitek organisasi yang mampu menjaga keadilan sekaligus menumbuhkan kepercayaan.
9/4/20251 min read


“Menemukan Keseimbangan: Tegas dalam Prinsip, Empatik dalam Praktik”
Dalam dinamika dunia kerja modern, peran HR seringkali ditarik ke dua kutub ekstrem.
Di satu sisi, HR dituntut untuk menjadi penjaga aturan — memastikan kepatuhan, keadilan, serta konsistensi. Di sisi lain, HR ditantang untuk tetap menghadirkan wajah manusiawi dalam setiap kebijakan — memahami bahwa di balik setiap data karyawan, ada cerita hidup yang nyata.
Pertanyaannya, apakah HR sebaiknya lebih mengedepankan struktur yang tegas atau fleksibilitas yang empatik?
Jawabannya bukan memilih salah satu, melainkan menemukan titik keseimbangan.
Tegas di prinsip: hukum, etika, dan aturan dasar perusahaan harus ditegakkan tanpa kompromi. Ini adalah fondasi yang menjamin keadilan dan menjaga organisasi tetap kokoh.
Empatik dalam praktik: penerapan aturan tetap harus mempertimbangkan konteks manusiawi. Situasi personal karyawan, perubahan bisnis, hingga tantangan zaman menuntut HR untuk mampu beradaptasi tanpa mengorbankan nilai dasar.
Keseimbangan ini bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan strategis. HR yang hanya keras akan kehilangan kepercayaan. HR yang hanya lembut akan kehilangan wibawa. Namun HR yang mampu memadukan keduanya akan tampil sebagai arsitek organisasi — membangun struktur yang kuat sekaligus ruang yang nyaman bagi pertumbuhan manusia di dalamnya.
Pada akhirnya, struktur adalah fondasi, fleksibilitas adalah seni. HR perlu hadir sebagai pemimpin yang tahu kapan menegakkan dinding, kapan membuka jendela, dan kapan memberikan pintu kesempatan.
✨ Salam Sekjend NHRI,
One Respection, One Collaboration